Riwayat Singkat
Abu Raihan Al Biruni (juga, Biruni, Al Biruni) yang lahir pada tanggal 15 September 973 merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia, filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan. Ada juga yang mengatakan Abu Rayhan Muhammed Ibnu Ahmad Al Biruni terlahir menjelang terbit fajar pada 4 september 973 M di Kath (Kiva sekarang). Kath merupakan sebuah kota di sekitar wilayah aliran sungai Oxus, di kawasan Danau Aral di Asia Tengah di Khwarizm (Uzbekistan) yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia. Masa kecilnya tidak banyak diketahui. Al Biruni dalam otobiografinya mengaku sama sekali tidak mengenal ayahnya dan hanya sedikit mengenal kakeknya.
Dia belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur. Selain menguasai beragam ilmu pengetahuan, Al Biruni juga fasih dengan sederet bahasa seperti Arab, Turki, Persia, Sansekerta, Yahudi dan Suriah. Semasa muda dia menimba ilmu matematika dan astronomi dari Abu Nasir Mansur.
Menginjak usia 20 tahun, Al Biruni telah menulis beberapa karya dibidang sains. Abu Raihan Al Biruni merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Abu Ali Al Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina atau Ibnu Sina, sejarawan, filsuf, dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di universitas dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma'mun Khawarazmshah. Dia juga kerap bertukar pikiran dan pengalaman dengan Ibnu Sina, Imuwan besar Muslim lainnya yang begitu berpengaruh di Eropa.
Abu Raihan Al Biruni juga mengembara ke India dengan Mahmud dari Ghazni dan menemani beliau dalam ketenteraannya di sana, mempelajari bahasa, falsafah dan agama mereka dan menulis buku mengenainya. Al Biruni menulis banyak buku dalam Bahasa Persia (bahasa ibunya) dan Bahasa arab.
Al Biruni tumbuh dewasa dalam situasi politik yang kurang menentu. Ketika berusia 20 tahun, Dinasti Khwarizmi digullingkan oleh Emir Ma’mun Ibnu Muhammad dari Gurgan. Saat itu, Al Biruni meminta perlindungan dan mengungsi di Istana Sultan Nuh Ibnu Mansur. Pada 998 M, Sultan dan Al Biruni pergi ke Gurgan di Laut Kaspia. Dia tinggal di wilayah itu selama beberapa tahun. Selama tinggal di gurgan, Al Biruni menyelesaikan salah satu karyanya The Chronology of Ancient Nations. Kira-kira 11 tahun kemudian, dia kembali ke Khwarizmi.
Sekembalinya dari Gurgan, Al Biruni menduduki jabatan terhormat sebagai pensihat sekaligus pejabat istana bagi pengganti Emir Ma’mun. Pada 1017, situasi politik kembali bergolak menyusul kematian anak kedua Emir Ma’mun akibat pemberontakan. Khwarizmi pun diinvasi oleh Mahmud Ghazna pada 1017. Mahmud lalu membawa para pejabat istana Khwarizmi untuk memperkuat kerajaanya yang bermarkas di Ghazna, Afganistan. Al Biruni juga termasuk seorang ilmuwan dan pejabat istana yang ikut diboyong. Selain itu, ilmuwan lainnya yang dibawa Mahmud ke Ghazna adalah matematikus, Ibnu Iraq, dan seorang dokter, Ibnu Khammar.
Untuk meningkatkan prestise istana yang dipimpinnya, Mahmud sengaja menarik para sarjana dan ilmuwan ke istana Ghazna. Mahmud pun melakukan beragam cara untuk mendatangkan para ilmuwan ke wilayah kekuasaanya. Ibnu Sina sempat menerima undangan bernada ancaman dari Mahmud agar datang dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya di istana Ghazna.
Meski Mahmud terkesan memaksa, Al Biruni menikmati keberadaanya di Ghazna. Di Istana, dia dihormati dan dengan leluasa dapat mengembangkan pengetahuan yang dikuasainya. Salah satu tugas Al Biruni adalah menjadi astrolog istana bagi Mahmud dan penggantinya.
Pada 1017 hingga 1030, Al Biruni berkesempatan melancong ke India. Selama 13 tahun, dia mengkaji seluk-beluk India hingga melahirkan apa yang disebut Indologi atau studi tentang India. Di negeri Hindustan itu dia mengumpulkan beragam bahan bagi penelitian monumental yang dilakukannya. Dia mengorek dan menghimpun sejarah, kebiasaan, keyakinan atau kepercayaan yang dianut masyarakat di Subbenua India.
Selama hidupnya, Al Biruni menghasilkan karya besar dalam bidang Astronomi lewat Masudic Canon yang didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Atas karyanya itu, Ma’sud menghadiahkan seekor gajah bermuatan penuh dengan perak. Namun, Al Biruni mengembalikan hadiah yang diterimanya itu ke kas Negara. Sebagai bentuk penghargaan, Ma’sud juga menjamin Al Biruni dengan uang pensiun yang dapat membuatnya tenang beristirahat serta terus mengembangkan ilmu pengetahuan.
Al Biruni lalu menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Selain itu, sang ilmuwan itupun menulis sederet karya dalam kedokteran, geografi, serta fisika. Al Biruni telah menulis risalah tentang astrolabe serta memformulasikan table Astronomi untuk Sultan Ma’sud, “Papar Will Durant tentang kontribusi Al-Biruni dalam bidang Astronomi. Selain itu, Al Biruni juga berjasa menuliskan risalah tentang planisphere dan armillary sphere. Dia bahkan mengatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat.
Al Biruni tercatat sebagai astronom yang melakukan percobaan yang berhubungan dengan fenomena astronomi. Dia menduga galaksi bima sakti adalah kumpulan sejumlah bingtang. Pada 1031 dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun Al Mas’udi. Selain itu, Al Biruni merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan istilah astronomi dengan satrologi. Hal itu dilakukannya pada abad ke-11 M. dia juga menghasilkan berbagai karya penting dalam bidang astrologi.
Dalam ilmu bumi, Al Biruni menghasilkan sejumlah sumbangan penting sehingga dia dinobatkan sebagai “Bapak Geodesi”. Dia juga memberi kontribusi signifikan katografi, geologi,geografi dan mineralogi. Kartografi adalah ilmu membuat peta atau globe. Pada usia 22 tahun, Al Biruni telah menulis karya penting dalam kartografi, yakni sebuah studi tentang proyeksi pembuatan peta.
Pada usia 17 tahun, Al Biruni sudah mampu menghitung garis lintang Kath Khwarizmi dengan menggunakan ketinggian matahari. “kontribusi penting dalam bidang geodesi dan geografi telah disumbangkan Al-Biruni. Dia telah memeperkenalkan teknik mengukur bumi dan jaraknya menggunakan triangulasi,” papar John J. O’Connor dan Edmund F. Robertson dalam MacTutor History of Mathematics.
Untuk meningkatkan prestise istana yang dipimpinnya, Mahmud sengaja menarik para sarjana dan ilmuwan ke istana Ghazna. Mahmud pun melakukan beragam cara untuk mendatangkan para ilmuwan ke wilayah kekuasaanya. Ibnu Sina sempat menerima undangan bernada ancaman dari Mahmud agar datang dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya di istana Ghazna.
Meski Mahmud terkesan memaksa, Al Biruni menikmati keberadaanya di Ghazna. Di Istana, dia dihormati dan dengan leluasa dapat mengembangkan pengetahuan yang dikuasainya. Salah satu tugas Al Biruni adalah menjadi astrolog istana bagi Mahmud dan penggantinya.
Pada 1017 hingga 1030, Al Biruni berkesempatan melancong ke India. Selama 13 tahun, dia mengkaji seluk-beluk India hingga melahirkan apa yang disebut Indologi atau studi tentang India. Di negeri Hindustan itu dia mengumpulkan beragam bahan bagi penelitian monumental yang dilakukannya. Dia mengorek dan menghimpun sejarah, kebiasaan, keyakinan atau kepercayaan yang dianut masyarakat di Subbenua India.
Selama hidupnya, Al Biruni menghasilkan karya besar dalam bidang Astronomi lewat Masudic Canon yang didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Atas karyanya itu, Ma’sud menghadiahkan seekor gajah bermuatan penuh dengan perak. Namun, Al Biruni mengembalikan hadiah yang diterimanya itu ke kas Negara. Sebagai bentuk penghargaan, Ma’sud juga menjamin Al Biruni dengan uang pensiun yang dapat membuatnya tenang beristirahat serta terus mengembangkan ilmu pengetahuan.
Al Biruni lalu menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Selain itu, sang ilmuwan itupun menulis sederet karya dalam kedokteran, geografi, serta fisika. Al Biruni telah menulis risalah tentang astrolabe serta memformulasikan table Astronomi untuk Sultan Ma’sud, “Papar Will Durant tentang kontribusi Al-Biruni dalam bidang Astronomi. Selain itu, Al Biruni juga berjasa menuliskan risalah tentang planisphere dan armillary sphere. Dia bahkan mengatakan bahwa bentuk bumi adalah bulat.
Al Biruni tercatat sebagai astronom yang melakukan percobaan yang berhubungan dengan fenomena astronomi. Dia menduga galaksi bima sakti adalah kumpulan sejumlah bingtang. Pada 1031 dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun Al Mas’udi. Selain itu, Al Biruni merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan istilah astronomi dengan satrologi. Hal itu dilakukannya pada abad ke-11 M. dia juga menghasilkan berbagai karya penting dalam bidang astrologi.
Dalam ilmu bumi, Al Biruni menghasilkan sejumlah sumbangan penting sehingga dia dinobatkan sebagai “Bapak Geodesi”. Dia juga memberi kontribusi signifikan katografi, geologi,geografi dan mineralogi. Kartografi adalah ilmu membuat peta atau globe. Pada usia 22 tahun, Al Biruni telah menulis karya penting dalam kartografi, yakni sebuah studi tentang proyeksi pembuatan peta.
Pada usia 17 tahun, Al Biruni sudah mampu menghitung garis lintang Kath Khwarizmi dengan menggunakan ketinggian matahari. “kontribusi penting dalam bidang geodesi dan geografi telah disumbangkan Al-Biruni. Dia telah memeperkenalkan teknik mengukur bumi dan jaraknya menggunakan triangulasi,” papar John J. O’Connor dan Edmund F. Robertson dalam MacTutor History of Mathematics.
Al Biruni juga telah menghasilkan karya dalam bidang geologi. Salah satunya dia menulis tentang geologi India. Sementara itu dalam bidang mineralogy dia menulis kitab berjudul Al Jawahir atau Book of Precious Stones yang menjelaskan beragam mineral. Dia mengklasifikasikan setiap mineral berdasarkan warna, bau, kekerasan, kepadatan, serta beratnya.
Al Biruni telah berperan mengenalkan metode saintifik dalam setiap bidang yang dipelajarinya. Misalnya, dalam Al Jamawir yang sangat eksperimental. Pada bidang optik, Al-Biruni bersama Ibnu Al-Haitham termasuk ilmuwan pertama yang mengkaji dan mempelajari ilmu optic. Dialah yang pertama kali menemukan bahwa kecepatan cahaya lebih cepat dari kecepatan suara.
Dalam ilmu sosial, Al Biruni didapuk sebagai antropolog pertama didunia. Dia menulis secara detail studi kompertaif terkait antropologi manusia, agama, dan budaya di Timur Tengah, Mediterania, dan Asia Selatan. Dia dipuji sejumlah ilmuwan karena telah mengembangkan antropologi Islam. Dia juga mengembangkan metodelogi yang canggih dalam studi antropologi.
Al Biruni tercatat sebagai pelopor eksperimental lewat penemuan konsep reaksi waktu. Pada usia 27 tahun, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul Chronology. sayangnya buku ini telah hilang. Dalam kitab yang ditulisnya, Fi Tahqiq ma Li’I Hid atau penelitian tentang India, dia membedakan metode saintifik dengan metode historis. Dia juga memberikan sumbangan yang signifikan bagi pengembangan matematika, khusunya dalam bidang teori dan praktik aritmatika, bilangan irasional, teori rasio, geometri, dan lainnya.
“Dia salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah manusia”. Begitulah Al Sabra menjuluki Al Biruni, ilmuwan muslim serba bisa dari abad ke 10M. bapak sejarah Sains Barat, George Sarton pun mengagumi kiprah dan pencapaian Al Biruni dalam beragam disiplin ilmu. Sarton berpendapat bahwa semua orang pasti sepakat bahwa Al Biruni adalah seoarang Ilmuwan yang sangat hebat sepanjang zaman.
Bukan tanpa alasan jika Sarton dan Serba mendapuknya sebagai ilmuwan yang agung. Sejatinya, Al Biruni memang seorang saintis yang fenomenal. Sejarah mencatat Al Biruni sebagai sarjana muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari seluk-beluk India dan tradisi Brahminical. Kerja kerasnya ini menobatkannya sebagai “Bapak Indiologi”.
Sebagai ilmuwan yang menguasai beragam ilmu, Al Biruni jugan menjadi pelopor dalam berbagai metode pengembangan sains. Sejarah sains mencatat, ilmuwan yang hidup di era kekuasaan dinasti Samanid itu merupakan salah satu pelopor metode saintifik eksperimental. Dialah ilmuwan yang bertanggunag jawab memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu mekanik. Al Biruni juga tercatat sebagai seorang perintis psikologi eksperimental.
Al Biruni merupakan saintis pertama yang mengelaborasi eksperimen yang berhubungan dengan fenomena astronomi. Sumbangan yang dicurahkanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan sungguh tidak ternilai. Al Biruni pun tidak hanya menguasai beragam ilmu seperti fisika, Antropologi, psikologi, kima, astrologi, sejarah, geografis, geodesi, matematika, farmasi, kedokteran dan filsafat, tetapi juga turut memberikan kontribusi yang begitu besar bagi setiap ilmu yang dikuasainya dengan menjadi seorang guru yang sangat dikagumi para muridnya.
Al Biruni wafat di usia 75 tahun pada 13 Desember 1048 di Ghazna. Ada juga yang mengatkan beliau wafat tanggal 13 Desember 1048. Untuk mengenang jasanya, pada astronom mengabadikan nama Al-Biruni di kawah bulan.
Al Biruni telah berperan mengenalkan metode saintifik dalam setiap bidang yang dipelajarinya. Misalnya, dalam Al Jamawir yang sangat eksperimental. Pada bidang optik, Al-Biruni bersama Ibnu Al-Haitham termasuk ilmuwan pertama yang mengkaji dan mempelajari ilmu optic. Dialah yang pertama kali menemukan bahwa kecepatan cahaya lebih cepat dari kecepatan suara.
Dalam ilmu sosial, Al Biruni didapuk sebagai antropolog pertama didunia. Dia menulis secara detail studi kompertaif terkait antropologi manusia, agama, dan budaya di Timur Tengah, Mediterania, dan Asia Selatan. Dia dipuji sejumlah ilmuwan karena telah mengembangkan antropologi Islam. Dia juga mengembangkan metodelogi yang canggih dalam studi antropologi.
Al Biruni tercatat sebagai pelopor eksperimental lewat penemuan konsep reaksi waktu. Pada usia 27 tahun, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul Chronology. sayangnya buku ini telah hilang. Dalam kitab yang ditulisnya, Fi Tahqiq ma Li’I Hid atau penelitian tentang India, dia membedakan metode saintifik dengan metode historis. Dia juga memberikan sumbangan yang signifikan bagi pengembangan matematika, khusunya dalam bidang teori dan praktik aritmatika, bilangan irasional, teori rasio, geometri, dan lainnya.
“Dia salah satu ilmuwan terbesar dalam sejarah manusia”. Begitulah Al Sabra menjuluki Al Biruni, ilmuwan muslim serba bisa dari abad ke 10M. bapak sejarah Sains Barat, George Sarton pun mengagumi kiprah dan pencapaian Al Biruni dalam beragam disiplin ilmu. Sarton berpendapat bahwa semua orang pasti sepakat bahwa Al Biruni adalah seoarang Ilmuwan yang sangat hebat sepanjang zaman.
Bukan tanpa alasan jika Sarton dan Serba mendapuknya sebagai ilmuwan yang agung. Sejatinya, Al Biruni memang seorang saintis yang fenomenal. Sejarah mencatat Al Biruni sebagai sarjana muslim pertama yang mengkaji dan mempelajari seluk-beluk India dan tradisi Brahminical. Kerja kerasnya ini menobatkannya sebagai “Bapak Indiologi”.
Sebagai ilmuwan yang menguasai beragam ilmu, Al Biruni jugan menjadi pelopor dalam berbagai metode pengembangan sains. Sejarah sains mencatat, ilmuwan yang hidup di era kekuasaan dinasti Samanid itu merupakan salah satu pelopor metode saintifik eksperimental. Dialah ilmuwan yang bertanggunag jawab memperkenalkan metode eksperimental dalam ilmu mekanik. Al Biruni juga tercatat sebagai seorang perintis psikologi eksperimental.
Al Biruni merupakan saintis pertama yang mengelaborasi eksperimen yang berhubungan dengan fenomena astronomi. Sumbangan yang dicurahkanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan sungguh tidak ternilai. Al Biruni pun tidak hanya menguasai beragam ilmu seperti fisika, Antropologi, psikologi, kima, astrologi, sejarah, geografis, geodesi, matematika, farmasi, kedokteran dan filsafat, tetapi juga turut memberikan kontribusi yang begitu besar bagi setiap ilmu yang dikuasainya dengan menjadi seorang guru yang sangat dikagumi para muridnya.
Al Biruni wafat di usia 75 tahun pada 13 Desember 1048 di Ghazna. Ada juga yang mengatkan beliau wafat tanggal 13 Desember 1048. Untuk mengenang jasanya, pada astronom mengabadikan nama Al-Biruni di kawah bulan.
Karya-karya Al Biruni
Peran Al Biruni dalam dunia ilmu pengetahuan antara lain :
- Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari.
- Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, “Kartografi”, yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar.
- Ketika berusia 27, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang penhkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.
- Beliau membuat penelitian radius bumi kepada 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16).
Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku. Sumbangannya pada bidang matematika antara lain :
- Aritmatika teoritis and praktis
- Penjumlahan seri
- Analisis kombinatorial
- Kaidah angka 3
- Bilangan irasional
- Teori perbandingan
- Definisi aljabar
- Metode pemecahan penjumlahan aljabar
- Geometri
- Teorema Archimedes
- Sudut segitiga
Hasil karyanya selain bidang matematika antara lain :
- Kajian kritis tentang ucapan orang India, apakah menerima dengan alasan atau menolak -sebuah ringkasan tentang agama dan filosofi India.
- Tanda yang Tersisa dari Abad Lampau - kajian komparatif tentang kalender dari berbagai budaya dan peradaban yang berbeda, dihubungkan dengan informasi mengenai matematika, astronomi, dan sejarah.
- Peraturan Mas'udi - sebuah buku tentang astronomi, geografi dan keahlian teknik. Buku ini diberi nama Mas'ud, sebagai dedikasinya kepada Mas'ud, putra Mahmud dari Ghazni.
- Pengertian Astrologi - pertanyaan dan jawaban model buku tentang matematika dan astronomi, dalam bahasa arab dan bahasa persia.
- Farmasi – tentang obat-obatan dan ilmu kedokteran.
- Permata tentang geologi, mineral dan permata yang dipersembahkan untuk Mawdud putra Mas'ud.
- Astrolab
- Buku ringkasan sejarah
- Riwayat Mahmud dari Ghazni dan ayahnya
- Sejarah Khawarazm
Sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar