Latar Belakang
Beberapa masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, dan kurang tepatnya pendekatan yang dilakukan dalam pembelajaran karena masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi secara tuntas. Kebanyakan guru dalam mengelola pembelajarannya, begitu saja berpindah dari satuan pembelajaran satu ke pembelajaran berikutnya tanpa menghiraukan siswa-siswa yang lamban, kurang memahami, bahkan gagal mencapai kompetensi-kompetensi yang direncanakan.
Pendidikan di Indonesia kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir menyeluruh, kreatif, obyektif, dan logis dalam semua mata pelajaran. Akibatnya, banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. sehingga tidak heran jika mutu pendidikan secara nasional masih rendah. Kegagalan ini disebabkan karena tidak adanya pembelajaran yang menekankan pada peran aktif siswa, maka sebenarnya inti dari permasalahan ini adalah pada masalah ketuntasan belajar, yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi atau unit bahan ajaran secara perorangan.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia dilakukan melalui pembaharuan kurikulum. Kurikulum 1994 diubah menjadi kurikulum 2004 dengan paradigma utamanya yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Sesuai dengan cita-cita dan harapan dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa di dalam merangsang strategi pembelajaran maupun melaksanakan pembelajaran.
Masalah ketuntasan dalam belajar merupakan masalah yang penting sebab menyangkut masa depan siswa. Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi siswa mencapai penguasaan terhadap kompetensi tertentu.
Pembelajaran Tuntas
Belajar adalah proses p erubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar, baik sumber yang didesain maupun dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya terjadi karena adanya interaksi antara siswa dan guru. Hasil belajar yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar lainnya.
Joyce, Weil, dan Showers (1992), menyatakan bahwa hakikat mengajar (teaching) adalah membantu siswa memperoleh informasi, ide, ketrampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar. Hasil akhir atau hasil jangka panjang dari proses mengajar adalah kemampuan siswa yang tinggi untuk dapat belajar dengan mudah dan efektif di masa datang.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses membuat orang belajar. Tujuannya ialah membantu orang belajar, atau memanipulasi lingkungan sehingga memberi kemudahan bagi orang untuk belajar. Menurut Gagne dan Briggs (1979) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dsb) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi pembelajar, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan oleh guru saja, melainkan mencakup semua kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) itu sendiri diartikan sebagai sistem pembelajaran yang mengharapkan siswa harus mampu menguasai kompetensi-kompetensi dasar secara tuntas, yaitu sekurang-kurangnya harus mencapai skor minimal 75.
Perbedaan Antara Pembelajaran Tuntas dengan Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran tuntas yang dimaksudkan dalam pelaksanaan KBK adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan untuk setiap siswa secara individual. Perbedaan antara pembelajara tuntas dengan pembelajaran konvensional adalah bahwa pembelajaran tuntas dilakukan melalui azas-azas ketuntasan belajar, sedangkan pembelajaran konvensional pada umumnya kurang memperhatikan ketuntasan belajar siswa secara individual. Secara kualitatif perbandingan ke dua pola tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Karakteristik Pembelajaran Dalam Kurikulum 2004
Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan kurikulum menuju kurikulum 2004 meliputi: kewenangan pengembangan, pendekatan pembelajaran, penataan isi, sertra model sosialisasi yang lebih disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi saat ini. Pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2004 diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan demikian proes belajar lebih mengacu pada bagaimana siswa belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.
Kurikulum 2004 dengan paradigmanya pembelajaran berbasis kompetensi menempatkan siswa sebagai subjek didik, yakni lebih banyak mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini bertolak dari anggapan bahwa siswa memiliki potensi untuk berfikir sendiri, dan potensi tersebut hanya dapat diwujudkan apabila mereka diberi banyak kesempatan untuk berfikir sendiri. Oleh karena itu maka guru tidak boleh lagi dipandang sebagai “orang yang paling tahu segalanya”, melainkan lebih berperan sebagai fasilitator.
Dengan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan memproses perolehan, anak akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituju. Berdasarkan pada uraian tersebut, maka pendekatan dalam pengembangan KBK sebagai ciri kurikulum 2004 dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut:
- berorientasi pada pencapaian hasil dan dampaknya (outcome oriented)
- berbasis pada standar kompetensi.
- bertolak dari kompetensi tamatan atau lulusan.
- memperhatikan pengembangan kurikulum berdiferensiasi.
- mengembangkan kompetensi secara utuh dan menyeluruh (holistik)
- menerapkan prinsip ketuntasan belajar (mastery learning)
Pembelajaran Tuntas Dalam Kurikulum 2004
Metode mengajar adalah cara untuk mempermudah anak didik mencapai kompetensi tertentu. Semakin baik metode yang digunakan, maka makin efektif pula pencapaian tujuan belajar. Langkah metode mengajar yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir dengan semakin meningkatnya presetasi belajar siswa.
Pada pembelajaran konvensional beranggapan bahwa siswa dengan tingkat kecedasan (IQ) yang tinggi keberhasilan belajarnya akan tinggi begitu pula sebaliknya. Dengan menggunakan asumsi ini tentu saja pembelajaran menjadi tidak efektif dan tidak efisien, sebab siswa yang mempunyai kecerdasan rendah menjadi tidak dapat mencapai ketuntasan belajar. Namun dalam pembelajaran 2004, setiap siswa mempunyai hak untuk dapat mencapai ketuntasan dalam belajarnya. Setiap siswa berhak untuk mendapatkan layanan serta strategi pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam pembelajaran 2004 siswa dipandang sebagai subjek belajar dan bukan objek belajar, sehingga masalah ketuntasan belajar pada setiap KD harus dicapai secara perorangan.
Pembelajaran tuntas dalam kurikulum 2004 adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas sebuah standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran. Harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas tidak lain adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi siswa dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta pemberian waktu khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar.
Penerapan Pembelajaran Tuntas Dalam Kurikulum 2004 di Kelas
Pelaksanaan pembelajaran tuntas dalam suatu kelas dapat dilihat dari metode pembelajaran, peran guru, peran siswa, dan sistem penilaian yang digunakan.
- Metode pembelajaran. Strategi pembelajaran tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok siswa (kelas) tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sehingga potensi masing-masing siswa berkembang secara optimal. Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran sejawat, bekerja dalam kelompok kecil, dan tutorial.
- Peran guru. Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan siswa secara individual. Seorang guru harus mampu menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi siswa yang menjumpai kesulitan.
- Peran siswa. Kurikulum 2004 dengan paradigma KBK-nya sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran siswa sebagai subjek didik. Dalam kurikulum 2004 yang menganut pendekatan pembelajaran tuntas, siswa lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu yang diperlukan. Artinya siswa diberikan kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensi. Kemajuan siswa sangat tertumu pada usaha serta ketekunan siswa secara individual.
- Sistem penilaian. Sistem penilaian dalam kurikulum 2004 mencakup jenis tagihan serta bentuk instrument atau soal. Dalam pembelajaran tuntas tes-tes diusahakan dikemas dalam sub-sub KD sebagai alat diagnosis terhadap program pembelajaran. Siswa dimungkinkan menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenal di mana ia mengalami kesulitan dengan segera.
Implikasi Pembelajaran Tuntas dalam Kurikulum 2004
Apabila kurikulum 2004 sudah dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan konsepnya, maka masing-masing siswa akan berkompetisi dalam menyelesaikan kompetensi-kompetensi dasar yang ada menurut kecepatan masing-masing secara alami. Namun perbedaan tingkat kecerdasan pada masing-masing siswa terkadang menyebabkan kecepatan tiap-tiap siswa dalam pencapaian KD tidak selalu sama. Sementara itu kurikulum 2004 mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan. Oleh karena itu, implikasi dari kurikulum 2004 mengharuskan dilaksanakannya program layanan dan pengembangan modul pembelajaran.
Program layanan
Terdapat tiga program layanan dalam pembelajaran tuntas, yaitu:
- Remedial. Program remedial diberikan kepada siswa yang belum mencapai skor 75 untuk KD tertentu. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan program remedial yaitu: tingkat kesulitan siswa, jumlah siswa dan tempat untuk kegiatan remedial, cara pelaksanaan remedial, materi dan waktu, serta metode dan media. Yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan program remedial adalah , apapun strategi yang dipilih, termasuk metode dan media, sifatnya adalah penyederhanaan dari pembelajaran reguler.
- Pengayaan. Bagi siswa-siswa yamg memiliki tingkat kecerdasaan yang lebih tinggi biasanya lebih cepat menguasai kompetensi yang ditetapkan. Olek karena itu mereka perlu mendapatkan tambahan pengetahuan atau ketrampilan sesuai dengan kapasitanya, melalui program pengayaan. Program pengayaan diberikan sesuai dengan KD-KD yang dipelajari. Adapun cara pelaksanaannya antara lain dengan memberikan soal-soal latihan tambahan yang bersifat pengayaan, dan membantu guru membimbing teman-temannya yang belum mencapai ketuntasan.
- Percepatan. Dalam suatu kelas terkadang terdapat siswa-siswa dengan kecerdasan luar biasa yang memiliki karakteristik khusus yaitu tidak banyak memerlukan bantuan berupa program remedial dan pengayaan. Sisiwa dengan kategori cemerlang dapat diberikan program layanan berupa program akselerasi sehingga dapat mempertahankan kecepatan belajarnya.
Pengembangan modul pembelajaran
Modul-modul pembelajaran adalah prasyarat bagi sebuah program pembelajaran yang ingin mengaplikasikan pendekatan pembelajaran tuntas. Artinya untuk dapat memberikan layanan bagi ke tiga program di atas maka harus disusun modul-modul pembelajaran, sesuai dengan kepentingannya, yaitu modul untuk program remedial, modul untuk program pengayaan, dan modul untuk program percepatan.
Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai pembelajaran tuntas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
- Pembelajaran tuntas dilakukan melalui azas-azas ketuntasan belajar dan menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok siswa tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan perorangan siswa sehingga potensi masing-masing siswa berkembang secara optimal. Pendekatan konvensional pada umumnya kurang memperhatikan ketuntasan belajar khususnya ketuntasan siswa secara individual.
- Pelaksanaan pembelajaran tuntas di dalam kelas terlihat pada metode pembelajaran yang digunakan yaitu menganut pendekatan individual, peran guru sebagai fasilitator terjadinya proses belajar pada siswa, peran siswa sebagai objek didik, serta sistem penilaian ketuntasan belajar dengan penilaian acuan patokan pada setiap kompetensi dasarnya.
- Implikasi pembelajaran tuntas dalam kurikulum 2004 adalah mengharuskan dilaksanakannya program layanan (remedial, pengayaan, dan percepatan), serta pengembangan modul-modul pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar